Sabtu, 23 Juli 2016

Kawan Yang Melawan

Hati-hati dengan dirimu sendiri
Jangan berlagak pandai sekali
Nyatanya tak mampu jaga diri
Selalu sakiti hati dengan caci
Dari lidah orang yang kau percayai
Bukan masalah banyak kawan
Namun terkadang lenyap terbang ke awan
Terkekeh geli dengan tingkah lakunya
Mulut manis pantat berbicara sadis
Lucu lihat kawan yang melawan
Menentang hati nurani demi mencaci
Susah kemari senang pergi
Angkat dagu dan sombong sekali
Sungguh tak tahu diri
Tapi terimakasih tidak lama berdiam diri
Bisa jadi kau mati karena ulahmu sendiri
Dan kini ku ketahui
Bahwa kawan terbaik ialah dirimu sendiri

Serpihan Gelap

Lihat tidak indahnya langit pagi hari?
Menawan diiringi langkah awan
Itu lah kebahagiaan
Namun bahagia tak mesti tentang pagi
Coba lah sesekali rasakan gelapnya malam
Tetap ada walau tak di raba
Masih berdaulat walau tidak di lihat
Nah itu pun bahagia
Bagi dirimu yang mampu menikmatinya
Bahagiamu tak melulu tentang rindu
Tapi juga atas sesuatu yang berderu
Hati tidak mesti hanya gersang
Hanya saja sesekali jadi cemerlang
Yahhh.. Mestinya jangan perang
Harusnya berdamai dengan bintang
Agar kau rasakan indahnya terang
Seperti cahaya malam
Yang tahan akan penolakan
Layaknya serpihan gelap
Yang mampu diam dan menetap

Selasa, 05 Juli 2016

Ramadhan Menuju Lebaran

Setiap muslim rindu Ramadhan
Semua insan inginkan lebaran
Suatu masa keberkahan
Tak melulu datang kala bulan terbenam
Hari fitri dinantikan
Sebagai hasil pencapaian
Yang beratasnamakan kemenangan
Berpuasa namanya
Tahan lapar dan haus dahaga
Hawa nafsu pun harus di cegah datangnya
Hingga akhirnya, semua bahagia
Bersalam salaman dengan sesama
Seketika saja ramai di pasar
Sambil berkipas terasa antusias
Banyak orang, bukan segelintir
Sambut datangnya syawal dengan takbir

Senin, 04 Juli 2016

Maknai Diri

Yang ku ucap tak sejalan
Yang ku utarakan tak sesuai
Manusia yang begitu perasa
Tak salah kan siapa siapa
Pikirlah dengan naluri
Tanyakan pada hati
Bagaimana cara memaknai diri
Banyak-banyaklah instropeksi
Boleh jadi diri salah berlari
Sedikit sekali yang mudah redam emosi
Jika tak disadari bisa hancur sendiri
Kemudian tertulis guratan ambisi
Berpikir tuk menguasai
Segala keadaan dengan diri
Hih! Tidak kah pantas berlaku keji
Pahami diri lalu belajarlah hadapi
Segala benci dan caci setiap insani
Jika kau dijahati jangan membenci
Balas saja dengan seringai lembut
Yang kemudian buat dirinya tak enak hati

Ambisi Insani

Manusia yang selalu berlalu lalang
Berlagak bagai awan benderang
Ternyata hanyalah alang-alang
Tak pernah meninggi menembus langit
Sulit meredam segala ambisi
Segala hal jadi halal
Tidak berfikir baik kah tidak
Pelangi datang setelah hujan reda
Jadikan dunia bak nirwana
Padahal segalanya sia sia saja
Ini kah hidup yang sementara
Mesti dipertimbangkan baik buruknya
Cukup hati dan diri bertaut cinta illahi

Cukup Kau dan Aku

Perlahan ku berjalan
Menapaki resah rindu malam
Dihantui cemburu begitu dalam
Cemas selimuti seluruh malam
Tangisan jatuh ke tebing curam
Mengertilah rasa ini benar bersemayam
Aku berharap kau percayai
Harap asa padamu sangat berapi
Hanya sekejap kau robohkan
Dinding tajam yang berlumur kepedihan
Ini benar datang kenyamanan
Dirasa mampu obati luka terpendam
Jangan kemana-mana lagi
Aku takut sendiri
Tetaplah disini bersama diri
Cukup kau dan aku satukan hati