Tak sangka rasa ini benar adanya
Saling punya namun tak berkata
Seolah biasa tapi bertatap mata
Semua beda rasanya
Aku sangat bahagia
Kita saling merapal lewat doa
Tak bosan hati meminta
Sematkan nama orang tercinta
Tak putus panjatkan sampai kini
Teruslah hingga nanti
Sampai kenyataan tiba setelah mimpi
aku berusaha setia hingga nanti
Semoga kita benar dipertemukan dalam ikatan suci
Senin, 20 Juni 2016
Rabu, 15 Juni 2016
Diam dan Menepi
Kau hadir bersama hingar bingar
Peluk senjaku hinga layu
Nyaman kurasa dalam dekapmu
Tapi tinggi rasa takutku
Buatku berfikir dengan naluri
Ku takut kehilanganmu
Benakku perlahan mengasingkan
Hilangkan rasa yang lebih dalam
Perlahan ku tautkan jemari menari
Kadang bahagia didapati
Atau sedih boleh jadi
Namun hati ini berharap padamu
Tautan rasa menguras jiwa dan raga
Tapi logika ku menyinari
"Janganlah terbawa situasi"
Baiklah ku kan diam dan menepi
Akhirnya ku redam lah rasaku sendiri
Tuk yang kesekian kali
Peluk senjaku hinga layu
Nyaman kurasa dalam dekapmu
Tapi tinggi rasa takutku
Buatku berfikir dengan naluri
Ku takut kehilanganmu
Benakku perlahan mengasingkan
Hilangkan rasa yang lebih dalam
Perlahan ku tautkan jemari menari
Kadang bahagia didapati
Atau sedih boleh jadi
Namun hati ini berharap padamu
Tautan rasa menguras jiwa dan raga
Tapi logika ku menyinari
"Janganlah terbawa situasi"
Baiklah ku kan diam dan menepi
Akhirnya ku redam lah rasaku sendiri
Tuk yang kesekian kali
Jumat, 10 Juni 2016
Lamunan Senja
Ya tuhan, aku sungguh tak tahan
Ku ingin mengadu namun mereka tak disisiku
Sungguh tak ingin rusak karena isak
Aku ingin kuat bagai tali pengikat
Derai tangis deras basahi pipi
Kau hebat seakan tak mengapa
Tanpa kau sadar diriku remaja yang menuju dewasa
Kau sangka aku tak mengerti
Segala benci yang terjadi
Aku lah yang paling tersudut disini
Semua berdiri dengan ego tinggi
Seakan aku bukan lagi peri
Yang mendamaikan segala pagi
Aku lihat, benci di sudut matamu
Semula semu lalu kembali beradu
Apakah untuk berhenti saja tak mampu?
Bukan untukmu sendiri
Melainkan bagi ku, anakmu
Amarahmu tak kan berarti
Kau hanya perlu mensyukuri
Bukan mencaci maki
Sekarang aku mengerti
Apa arti indahnya pagi
Semua damai bagai ombak pantai
Tapi sulit ku temukan sekarang ini
Semua lenyap tertelan gelap
Malam yang ku nanti selalu sunyi
Pun jarang bintang benderang
Bagai hati ku kini
Sepi dan tak ada lentera yang terangi.
Ku ingin mengadu namun mereka tak disisiku
Sungguh tak ingin rusak karena isak
Aku ingin kuat bagai tali pengikat
Derai tangis deras basahi pipi
Kau hebat seakan tak mengapa
Tanpa kau sadar diriku remaja yang menuju dewasa
Kau sangka aku tak mengerti
Segala benci yang terjadi
Aku lah yang paling tersudut disini
Semua berdiri dengan ego tinggi
Seakan aku bukan lagi peri
Yang mendamaikan segala pagi
Aku lihat, benci di sudut matamu
Semula semu lalu kembali beradu
Apakah untuk berhenti saja tak mampu?
Bukan untukmu sendiri
Melainkan bagi ku, anakmu
Amarahmu tak kan berarti
Kau hanya perlu mensyukuri
Bukan mencaci maki
Sekarang aku mengerti
Apa arti indahnya pagi
Semua damai bagai ombak pantai
Tapi sulit ku temukan sekarang ini
Semua lenyap tertelan gelap
Malam yang ku nanti selalu sunyi
Pun jarang bintang benderang
Bagai hati ku kini
Sepi dan tak ada lentera yang terangi.
Kamis, 09 Juni 2016
Naluri Ananda
Pelita adam dan hawa
Pelipur lara hilang dahaga
Curahan hati ananda
Untuk ayah bunda tercinta
Betapa hati ingin buat bahagia
Namun sabarlah hingga waktu tiba
Tak ada rasa dilema tuk beri bahagia
Tapi khawatir aku tak bisa
Pun kalbu menangisi lara
Rasa cinta kental terasa
Doa membayang segala tepi jalan
Ku aminkan selalu yang kau impikan
Kau berdoa aku berusaha
Jangan khawatir ku tak cinta
Segala dunia akan ku sahaja
Demi kedua orang tua
Naluri ananda selalu ingin buat kau tertawa bahagia
Langganan:
Komentar (Atom)